TUGAS
Teori – Teori Konseling
Penerapan Teori Konseling Dalam
Studi Kasus
Dosen : Drs. Eko Darminto, M.Si
Denok
Setiawati, SPd, M.Pd
Oleh :
Ria Rosela N (101014049)
BK B 2010
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN
BIMBINGAN
PRODI BIMBINGAN KONSELING
2011
Studi Kasus :
Ina
adalah seorang pelajar kelas XII di sebuah SMA favorit Surabaya. Dulu sebelum
orang tuanya bercerai dua tahun lalu Ina sering mendapat juara lomba sains
tingkat nasional dan dia selalu mendapat juara kelas. Ketika dia mendapatkan
juara dalam sebuah perlombaan dia selalu mendapat hadiah dari kedua orang
tuanya. Dia sangat senang menjalani hidupnya saat itu. Tetapi semenjak orang
tuanya bercerai Ina menjadi berubah drastis. Ina menjadi pendiam dan
prestasinya pun merosot. Ina lebih senang menyendiri karena dia malu dengan
kondisi keluarganya. Dia merasa hidup didunia ini sendiri tidak ada teman untuk
berbagi cerita karena Ina merupakan anak tunggal. Dia tidak mungkin bercerita
kepada temannya masalah keluarganya karena malu. Dia menjadi tidak percaya
diri. Kondisi ini lebih memburuk ketika Mamanya memutuskan untuk menikah lagi
sedangkan Papanya entah dimana keberadaanynya. Tidak ada perhatian yang Ina
dapat karena Mamanya sekarang lebih sibuk dengan Papa dan adik tirinya. Mamanya
bahkan tidak menghargainya lagi ketika Ina mendapat juara dalam perlombaan
maupun juara kelas. Dia merasa hidupnya tak bermakna lagi. Hal itu
mengakibatkan dia menjadi tidak konsen belajar dan tidak punya semangat untuk
belajar. Padahal beberapa bulan lagi dia akan menghadapi UAN. Tryout – tryout
yang dia ikuti tidak menhasilkan hasil yang memuaskan.
Masalah Ina dalam Teori Eksistensial
Menurut pandangan teori Eksistensial,
manusia memiliki pokok – pokok ajaran yang meliputi manusia tak bisa
menghindari ketiadaan atau kematian, sendiri/teralinasi, tak berdaya/tak
bermakna, dan rasa cemas/rasa bersalah. Menurut konseling eksistensial manusia
sebagai makhluk ciptaan yang sulit untuk dimengerti. Dalam sistem teorinya.
Para eksistensialis memiliki keyakinan bahwa setiap manusia memiliki potensi
untuk menangani beberapa masalah yang dia hadapi dan membuat hidupnya lebih
bermakna. Potensi – potensi tersebut salah satunya aktualisasi diri. Konseling
eksistensial memandang manusia memiliki kemampuan untuk mengaktualisasikan
diri. Tetapi aktualisasi diri ini dapat terhambat oleh bebrapa faktor seperti
latar belakang keluarga dalam bentuk lingkungan yang tidak mendorong
kreatifitas dan menumpuknya kecemasan sehingga gagal mencapai aktualisasi diri.
Akibatnya seseorang tersebuat bila tidak bisa beraktualisasi diri, dia
berpotensi dihinggapi perasaan malu, bersalah, dan cemas serta mempresepsi
hidupnya tak bermakna. Setiap orang termotivasi untuk membuat hidupnya
bermakna. Setiap manusia memeiliki cara sendiri untuk membuat hidupnya
bermakna. Banyak orang pada umumnya menemukan makna hidup melalui aktivitasnya
seperti mencapai prestasi yang tinggi disekolah, memilki banyak sahabat dan
orang – orang yang mencintainya. Salah satunya Ina, dia termasuk orang yang
memaknakan hidupnya dengan memiliki prestasi yang tinggi dan dikelilingi orang
– orang yang menyayanginya.
Dalam kasus ini, Ina tidak bisa
mencapai aktualisasi diri sehingga dia merasa dirinya tak bermakna. Padahal dia
memiliki potensi untuk membuat hidupnya bermakna tetapi lingkungan disekitarnya
tidak bisa mendukung dia untuk membuat hidupnya lebih bermakna. Para
eksistensialis memiliki pandangan yang optimis dan mengakui bahwa seseorang
memiliki potensi untuk menangani kondisi – kondisi yang membuat hidupnya tak
bermakna. Tetapi Ina tidak bisa merasakan kebermaknaan dalam hidupnya sekarang.
Bila kondisi ini diterus – teruskan,
bisa jadi kelak Ina akan mengalami gangguan mental dan akan menghambat
perkembangan Ina kedepan. Karena pada sistem teori eksistensial dalam konsep
kesehatan mental manusia dikatakan sehat mentalnya apabila mereka memiliki
keseimbangan dalam dirinya sendiri, dengan lingkungan, dan dengan lingkungan
keluarga. Dalam hal ini konseling eksistensial menekan pentingnya seseorang
menyatukan diri dengan lingkungannya, karena jika ingin menjadi seseorang yang
bermental sehat maka dia harus bisa mengatur kehidupannya sendiri dan tidak
menempatkan diri menjadi korban lingkungan.
Tujuan dan Teknik Konseling Yang Digunakan
Tujuan mendasar dari konseling
eksistensial adalah membantu manusia menemukan nilai, makna dan tujuan hidup
seseorang itu sendiri. Tujuan konseling disini lebeih membantu konseli (Ina)
untuk lebih menyadari tentang apa yang sedang dia lakukan dan membantu dia
untuk keluar dari anggapan bahwa dia adalah korban dari keadaan keluarganya
yang tidak utuh lagi. Konseling disini juga membatu konseli (Ina) agar menjadi
lebih sadar bahwa dia memiliki kebebebasan untuk memilih dan bertindak tehadap
dirinya sendiri. Dengan membantu membuat pilihan hidupnya yang mungkin dapat
membantu dirinya untuk bisa beraktulisasi diri dan bisa mencapai kebermaknaan
hidup.
Teknik konseling yang bisa digunakan
adalah konseling logo (KL). Pada dasarnya konseling eksistensial tidak memiliki
teknik khusus. Konseling logo disini membantu konseli ( Ina ) untuk mengakui
kebutuhan – kebutuhan mereka akan makna, menumbuhkan kesadaran dan pengakuan
bahwa semua orang dapat membuat makna dalam kehidupannya sendiri dan membantu
konseli (Ina) menemukan makna dan tujuan hidupnya. Atau teknik derefleksi.
Teknik derefleksi adalah teknik yang menggunakan bentuk intervensi paradoksial
untuk membantu konseli (Ina) menangani perasaan tidak bermakna. Dalam teknik
ini konselor mendorong konseli (Ina) untuk mengurang perhatian terhadap dirinya
sendiri dan lebih menekankan pada upaya diluar dirinya. Prinsip ini akn
membantu konseli (Ina) untuk mengurangi kecemasan dan mempermudah konseli (Ina)
dalam menemukan makna hidupnya. Teknik ini cocok untuk Ina karena ia merasa
dirinya sudah tidak bermakna lagi sejak orang tuanya bercerai dan kesulitan
untuk memaknai hidupnya kembali. Dalam teknik derefleksi konselor akan membantu
konseli (Ina) mengungkapkan perasaan – perasaan yang dia rasakan untuk kembali
menemukan makna hidupnya. Dengan memberikan umpan untuk membantu konseli (Ina)
mengungkapkan apa yang ia rasakan dan mengarahkan pikirannya supaya fokus tidak
mencampurkan perasaan emosiaonalnya. Memancing konseli (Ina) untuk lebih
ekspresif sehingga konselor bisa mengetahui apa yang dirasakan melalui
ekspresinya tersebut. Setelah konselor mengetahui perasaan dari si konseli
(Ina) konselor membantu konseli (Ina) menemukan maknanya dengan menyadari
kebutuhan apa saja yang Ina butuhkan untuk membuat hidupnya bermakna kembali.
Dengan membangkitkan semangatnya untuk mau belajar dan mengakui keunggulannya
dalam bidang akademik akan membantu menemukan makna hidupnya kembali. Konselor
menyadarkan Ina bahwa penghargaan untuk membuat hidupnya bermakna tidak hanya
bisa dia dapatkan dari kedua orang tuanya tetapi lingkungan sekitar
kehidupannya seperti teman – temannya mengakui akan keunggulan Ina dalam bidang
akademik.
RIA ROSELA
(101014049)
RIA ROSELA
(101014049)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar