Sabtu, 07 April 2012


TUGAS
Teori – Teori Konseling
Penerapan  Teori Konseling Dalam Studi Kasus
                                          Dosen : Drs. Eko Darminto, M.Si
                                               Denok Setiawati, SPd, M.Pd
Oleh :
Ria Rosela N (101014049)
BK B 2010
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
PRODI BIMBINGAN KONSELING
2011
Studi Kasus :
            Ina adalah seorang pelajar kelas XII di sebuah SMA favorit Surabaya. Dulu sebelum orang tuanya bercerai dua tahun lalu Ina sering mendapat juara lomba sains tingkat nasional dan dia selalu mendapat juara kelas. Ketika dia mendapatkan juara dalam sebuah perlombaan dia selalu mendapat hadiah dari kedua orang tuanya. Dia sangat senang menjalani hidupnya saat itu. Tetapi semenjak orang tuanya bercerai Ina menjadi berubah drastis. Ina menjadi pendiam dan prestasinya pun merosot. Ina lebih senang menyendiri karena dia malu dengan kondisi keluarganya. Dia merasa hidup didunia ini sendiri tidak ada teman untuk berbagi cerita karena Ina merupakan anak tunggal. Dia tidak mungkin bercerita kepada temannya masalah keluarganya karena malu. Dia menjadi tidak percaya diri. Kondisi ini lebih memburuk ketika Mamanya memutuskan untuk menikah lagi sedangkan Papanya entah dimana keberadaanynya. Tidak ada perhatian yang Ina dapat karena Mamanya sekarang lebih sibuk dengan Papa dan adik tirinya. Mamanya bahkan tidak menghargainya lagi ketika Ina mendapat juara dalam perlombaan maupun juara kelas. Dia merasa hidupnya tak bermakna lagi. Hal itu mengakibatkan dia menjadi tidak konsen belajar dan tidak punya semangat untuk belajar. Padahal beberapa bulan lagi dia akan menghadapi UAN. Tryout – tryout yang dia ikuti tidak menhasilkan hasil yang memuaskan.
Masalah Ina dalam Teori Eksistensial
Menurut pandangan teori Eksistensial, manusia memiliki pokok – pokok ajaran yang meliputi manusia tak bisa menghindari ketiadaan atau kematian, sendiri/teralinasi, tak berdaya/tak bermakna, dan rasa cemas/rasa bersalah. Menurut konseling eksistensial manusia sebagai makhluk ciptaan yang sulit untuk dimengerti. Dalam sistem teorinya. Para eksistensialis memiliki keyakinan bahwa setiap manusia memiliki potensi untuk menangani beberapa masalah yang dia hadapi dan membuat hidupnya lebih bermakna. Potensi – potensi tersebut salah satunya aktualisasi diri. Konseling eksistensial memandang manusia memiliki kemampuan untuk mengaktualisasikan diri. Tetapi aktualisasi diri ini dapat terhambat oleh bebrapa faktor seperti latar belakang keluarga dalam bentuk lingkungan yang tidak mendorong kreatifitas dan menumpuknya kecemasan sehingga gagal mencapai aktualisasi diri. Akibatnya seseorang tersebuat bila tidak bisa beraktualisasi diri, dia berpotensi dihinggapi perasaan malu, bersalah, dan cemas serta mempresepsi hidupnya tak bermakna. Setiap orang termotivasi untuk membuat hidupnya bermakna. Setiap manusia memeiliki cara sendiri untuk membuat hidupnya bermakna. Banyak orang pada umumnya menemukan makna hidup melalui aktivitasnya seperti mencapai prestasi yang tinggi disekolah, memilki banyak sahabat dan orang – orang yang mencintainya. Salah satunya Ina, dia termasuk orang yang memaknakan hidupnya dengan memiliki prestasi yang tinggi dan dikelilingi orang – orang yang menyayanginya.
Dalam kasus ini, Ina tidak bisa mencapai aktualisasi diri sehingga dia merasa dirinya tak bermakna. Padahal dia memiliki potensi untuk membuat hidupnya bermakna tetapi lingkungan disekitarnya tidak bisa mendukung dia untuk membuat hidupnya lebih bermakna. Para eksistensialis memiliki pandangan yang optimis dan mengakui bahwa seseorang memiliki potensi untuk menangani kondisi – kondisi yang membuat hidupnya tak bermakna. Tetapi Ina tidak bisa merasakan kebermaknaan dalam hidupnya sekarang.
Bila kondisi ini diterus – teruskan, bisa jadi kelak Ina akan mengalami gangguan mental dan akan menghambat perkembangan Ina kedepan. Karena pada sistem teori eksistensial dalam konsep kesehatan mental manusia dikatakan sehat mentalnya apabila mereka memiliki keseimbangan dalam dirinya sendiri, dengan lingkungan, dan dengan lingkungan keluarga. Dalam hal ini konseling eksistensial menekan pentingnya seseorang menyatukan diri dengan lingkungannya, karena jika ingin menjadi seseorang yang bermental sehat maka dia harus bisa mengatur kehidupannya sendiri dan tidak menempatkan diri menjadi korban lingkungan.
Tujuan dan Teknik Konseling Yang Digunakan
Tujuan mendasar dari konseling eksistensial adalah membantu manusia menemukan nilai, makna dan tujuan hidup seseorang itu sendiri. Tujuan konseling disini lebeih membantu konseli (Ina) untuk lebih menyadari tentang apa yang sedang dia lakukan dan membantu dia untuk keluar dari anggapan bahwa dia adalah korban dari keadaan keluarganya yang tidak utuh lagi. Konseling disini juga membatu konseli (Ina) agar menjadi lebih sadar bahwa dia memiliki kebebebasan untuk memilih dan bertindak tehadap dirinya sendiri. Dengan membantu membuat pilihan hidupnya yang mungkin dapat membantu dirinya untuk bisa beraktulisasi diri dan bisa mencapai kebermaknaan hidup.
Teknik konseling yang bisa digunakan adalah konseling logo (KL). Pada dasarnya konseling eksistensial tidak memiliki teknik khusus. Konseling logo disini membantu konseli ( Ina ) untuk mengakui kebutuhan – kebutuhan mereka akan makna, menumbuhkan kesadaran dan pengakuan bahwa semua orang dapat membuat makna dalam kehidupannya sendiri dan membantu konseli (Ina) menemukan makna dan tujuan hidupnya. Atau teknik derefleksi. Teknik derefleksi adalah teknik yang menggunakan bentuk intervensi paradoksial untuk membantu konseli (Ina) menangani perasaan tidak bermakna. Dalam teknik ini konselor mendorong konseli (Ina) untuk mengurang perhatian terhadap dirinya sendiri dan lebih menekankan pada upaya diluar dirinya. Prinsip ini akn membantu konseli (Ina) untuk mengurangi kecemasan dan mempermudah konseli (Ina) dalam menemukan makna hidupnya. Teknik ini cocok untuk Ina karena ia merasa dirinya sudah tidak bermakna lagi sejak orang tuanya bercerai dan kesulitan untuk memaknai hidupnya kembali. Dalam teknik derefleksi konselor akan membantu konseli (Ina) mengungkapkan perasaan – perasaan yang dia rasakan untuk kembali menemukan makna hidupnya. Dengan memberikan umpan untuk membantu konseli (Ina) mengungkapkan apa yang ia rasakan dan mengarahkan pikirannya supaya fokus tidak mencampurkan perasaan emosiaonalnya. Memancing konseli (Ina) untuk lebih ekspresif sehingga konselor bisa mengetahui apa yang dirasakan melalui ekspresinya tersebut. Setelah konselor mengetahui perasaan dari si konseli (Ina) konselor membantu konseli (Ina) menemukan maknanya dengan menyadari kebutuhan apa saja yang Ina butuhkan untuk membuat hidupnya bermakna kembali. Dengan membangkitkan semangatnya untuk mau belajar dan mengakui keunggulannya dalam bidang akademik akan membantu menemukan makna hidupnya kembali. Konselor menyadarkan Ina bahwa penghargaan untuk membuat hidupnya bermakna tidak hanya bisa dia dapatkan dari kedua orang tuanya tetapi lingkungan sekitar kehidupannya seperti teman – temannya mengakui akan keunggulan Ina dalam bidang akademik.

RIA ROSELA
(101014049)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar